Hubungan antara fisika dan Google Maps mungkin tidak segera terlihat, tetapi fisika memainkan peran yang sangat penting dalam pengembangan dan operasional layanan peta populer ini.
Pada dasarnya, Google Maps adalah representasi digital dari dunia fisik. Ia menggunakan gabungan citra satelit, foto udara, dan sumber data lainnya untuk membuat peta yang rinci dari jalan-jalan, bangunan, dan fitur lainnya. Untuk membuat peta-peta ini, Google menggunakan berbagai teknik berbasis fisika, termasuk:
Survei geodetik: Teknik ini menggunakan prinsip-prinsip trigonometri dan geometri untuk mengukur dan memetakan permukaan Bumi. Ini melibatkan pengukuran yang tepat dari sudut, jarak, dan ketinggian menggunakan alat-alat khusus, seperti theodolite dan total station.
Dinamika orbit satelit: Google Maps tergantung pada citra satelit untuk memberikan tampilan yang rinci dari permukaan Bumi. Untuk menangkap gambar-gambar ini, Google menggunakan jaringan satelit yang ditempatkan di orbit tertentu di sekitar Bumi. Hukum-hukum fisika, termasuk hukum-hukum gerak Newton, mengatur gerak satelit-satelit ini dan membantu memastikan bahwa mereka tetap di orbit yang ditentukan.
Pemrosesan gambar: Setelah citra satelit dikumpulkan, ia harus diproses dan dianalisis untuk membuat peta-peta yang kita lihat di Google Maps. Ini melibatkan penggunaan teknik pemrosesan gambar canggih, seperti filtering dan edge detection, untuk mengekstrak informasi yang relevan dari gambar-gambar tersebut. Teknik-teknik ini didasarkan pada prinsip-prinsip fisika, termasuk sifat gelombang cahaya dan prinsip-prinsip diffraksi dan interferensi.
GPS: Google Maps juga menggunakan Sistem Posisi Global (GPS) untuk memberikan data lokasi real-time kepada pengguna. GPS adalah sistem navigasi global yang menggunakan jaringan satelit dan penerima darat untuk menentukan lokasi yang tepat dari suatu perangkat. Ia tergantung pada prinsip-prinsip propagasi gelombang radio dan efek Doppler.